Minggu, 23 Maret 2014

BANGKITLAH PETANIKU

Bapakmu nang di leh? hati2 kesandung !!!


Koes Plus mengatakan “tongkat kayu dan batu jadi tanaman!” di satu sisi mungkin membuat kita bangga akan anugerah alam yang diberikan, namun di sisi lain dapat membuai kita dalam fatamorgana kesuburan sehingga kita lupa akan inovasi. Tanpa mengecilkan berbagai pencapaian sektor pertanian di Indonesia, harus kita akui pertanian kita seperti jalan di tempat. Kita boleh iri dengan kemajuaan pesat tetangga-tetangga kita sesama negara berkembang, yang boleh dibilang dulu mereka  belajar dari apa yang kita lakukan, justru sekarang berbanding terbalik beras dan beberapa komoditas kita masih impor, yang sangat menyedihkan Negara kita kepulauan yang mempunyai pantai sangat luas garam saja masih impor. Bahkan Indonesia terkenal pengekspor asap nomer wahid didunia akibat dari pembakaran dan pembalakan hutan,  Bukan tidak mungkin suatu saat petani kita, guru, dosen, peneliti berbondong-bondong belajar mengenai pertanian ke Negara tetangga
Salah satu contoh yang sebenarnya dulu pernah dilakukan para petani tradisional kita yaitu pertanian terpadu padi denagn bebek, yaitu melepas liarkan bebek berumur 3 mingguan diarea persawahaan, ada beberapa manfaat yang di dapat:

1.      Bebek akan bebas mencari makan sendiri
2.      Dapat mengendalikan hama, seperti keong, ulat dll
3.      Sebagai pengempur tanah
4.      Kotoranyasebagai pupuk
5.      Pada saat panen bebek pun siap dijual/dilanjutkan untuk produksi telur

Bahkan di Lamongan pernah dengar ada pertanian terpadu yaitu tambak ayam dan pisang (Tamyamsang)
Diatas areal pertambakan dipelihara ayam dimana kotoran yang dihasilkan jatuh dimakan ayam dan pematang tambaknya ditanami pohon pisang, ini merupakan program inovatif yang perlu didukung dan dikembangkan sehingga petani tidak terfokus ke satu komoditas saja.

 Belanda dengan luas Negara hanya 41.526 km persegi (bandingkan dengan luas Indonesia yang mencapai Indonesia 1.919.440 km) mampu menjadi Negara dengan besaran ekonomi urutan 16 di dunia dan memiliki pendapatan perkapita 2% lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata di eropa, sekitar 20% perekonomian mereka di topang dari sektor pertanian. Bahkan sebagian dari wilayah daratan Belanda adalah daratan buatan hasil membendung air laut!, dapat dibayangkan teknologi yang mereka kuasai untuk menahan air sebanyak itu

Martin J Kropff, Rektor Universitas dan Research Wageningen, Den Haag mengatakan bahwa salah satu kiat mereka dalam membangun industrialisasi pertanian adalah melakukan investasi dalam kegiatan riset. Dari riset ini akhirnya digulirkan inovasi-inovasi, yang salah satunya di bidang pertanian. Sekarang pertanian di negeri kincir angina itu telah dijalankan dengan system yang modern, direncanakan secara matang, menggunakan alat yang canggih dan keterampilan. Inustri pertanian Bunga/tanaman hias menjadi salah satu andalan di negeri belanda, mereka menggembangkan teknologi yang mereka sebut tirai difragma untuk greenhouse, atapnya terlihat berwarna belang-belang abu-abu dan transparan yang dikendalikan secara mekanik bisa menutup dan membuka untuk mengatur suplai cahaya, carbondioksida, dan kelembaban udara di sekitar greenhouse seperti yang di inginkan. Untuk melakuakan itu semua cukup dengan mengatur beberapa tombol saja. Tidak hanya itu, mereka juga menerapkan teknologi robotic unrtuk penyortiran tanaman, pekerja hanya duduk ditempat sebagai operator saja.

Serupa dengan di Belanda, jepang yang terkenal sebagai bangsa pengkreasi dan pencipta juga menerapkan pertanian modern.  Jepang selalu merencanakan pertaniannya secara jangka panjang, mungkin yang paling terkenal dan terasa dampaknya sampai sekarang adalah kebijakan nasional tentang konsolidasi lahan (1961). Kebijakan ini pada intinya melokalisasi lahan pertanian yang tadinya terpisah-pisah dalam jumlah yang kecil sehingga kurang efesien menjadi lahan yang terlokalisasi pada satu daerah dengan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan, saluran irigasi dll secara terpusat. Selain itu, pemerintah Jepang memberi perhatian khusus terhadap sektor ini, seperti pendirian sejenis koperasi bernama Japan Agriculture Cooperative (JA Cooperative) yang secara baik mengatur pengadaan pupuk, benih, penjualan produk hasil pertaniaan hingga bimbingan teknis untuk anggota-anggotanya, memberikan subsidi untuk melindungi hak petani untuk hidup layak.




Yang menjadi pertanyaan mana sumber alam Indonesia yang gema ripa loh jinawe katanya? Tapi generasi mudanya justru berlahan tapi pasti tidak tertarik lagi dibidang pertanian hal ini disebabkan kebijakan pemerintah yang menganak tirikan petani sehingga menjadi sektor terpinggirkan, kesimpulanya Negara/ tanah subur tidak menjamin rakyatnya hidup makmur tapi faktor yang paling utama adalah pemberdayaan dan menyadarkan sumber daya manusianya

Selamat pagi Indonesia uda bangun belum? Ha…. ha…. Ha…..kok jek turu ae rek. !!!

   Wah sinyalnya lemoot kebanyakan wereng.



“Sulthan Bird Farm” Peternak Perkutut Bangkok
Hub : 081393875298. 
 Email:djekalmg@yahoo.com
Ds. Langgeng, Gedong Boyo Untung, Turi - Lamongan






Tidak ada komentar:

Posting Komentar